Jumat, 02 Januari 2015

Empat Strategi Menjaga Jasmani dan Rohoni




Abdullah bin Mubarak pernah bercerita bahwasannya ada seorang bijak, cerdik cendekia yang mengumpulkan empat puluh ribu hadits pilihan. Kemudian memilah dari empat puluh ribu hadits itu menjadi empat ribu hadits. Dan dari empat ribu hadits itu dipilihlah empat ratus hadits yang ditakhrijnya. Dan dari empat ratus itu disaring menjadi empat puluh hadits. Dan dari empat puluh itu disarikan menjadi empat kalimat berikut ini, yaitu:

Pertama, ( لَا تَثِقَنَّ بِامرَأَة عَلَى كُلِّ حَال ) janganlah terlalu percaya kepada wanita pada segala hal. Artinya janganlah terlalu merasa tenang menyerahkan urusan seratus persen kepada perempuan. Baiknya seorang kita selalu mengantisipasi apapun yang dilakukan wanita. Bila demikian tidaklah hanya kepada perempuan seseorang mengantisipasi urusan-urusannya. Tetapi kepada siapapun harus tetap waspada. Karena itu jika mempercayakan sesuatu hendaklah mempercayakannya kepada lebih dari seseorang agar ada kontrol diantara mereka.

Kedua, (لَا تَغْتَرَنَّ بِاْلمَالِ عَلَى كُلِّ حَال) janganlah tertipu dengan harta. Memang Harta itu bisa diumpamakan seperti api. Ketika masih kecil sangat menawan, tetapi bila besar malah menghawatirkan, dia bisa menghanguskan apapun yang ada disekitarnya. Begitu pula harta berhati-hatilah dengan harta. Seringkali orang merasa aman ketika disakunya ada uang, padahal tidak demikian. justru uang itulah yang memanggil kecelakaan. Baik kecelakaan secara dhahir maupun secara bathin.

Perhiasan yang megah yang ada ditangan maupun di jari-jari juga dileher sering memanggil-manggil kejaahatan. Begitu pula kecelakaan bathin, karena ada uang seseorang bisa mampir ketempat-tempat makshiyat yang tidak mungkin dikunjungi ketika tidak punya uang. Nah khatib hanya mengingatkan siapakah mereka yang sekarang lagi kebingungan menyembunyikan uangnya dari kejaran pemerintah dan para pengusaha hitam kelas kakap? Pastilah orang yang memiliki banyak harta. Lain halnya dengan harta yang kita tasharufkan dijalan Allah.Swt,  karena dalam suatu riwayat menyebutkan bahwasanya harta yang di tasharufkan di jalan Allah. Maka ia akan menjadi penerang kita kelak di alam kubur. Dan semoga kita keluarga asy-syifa’ termasuk yang ini. Amin... J


Ketiga, ( لَاتَحْمِلْ مَعِدَّتَكَ مَالَاتُطِيْقُهُ ) janganlah membebani perut dengan muatan yang diluar kemampuannya. Secara ilmu kesehatan hal ini akan mengakibatkan datangnya berbagai penyakit. Karena segala unsur yang berbahaya di dunia ini bisa mengancam diri manusia, ketika sesuatu itu masuk kedaam tubuh manusia melalui mulut dan mampir ke dalam perut. Itulah awal mula segala penyakit. Sebagaimana sabda Rasulullah saw  أَصْلُ كُلِّ دَاء الْبَرَدَةُ Bahwa sumber segala penyakit adalah buruknya pencernaan.

Mengenai kesehatan pencernaan ini Rasulullah saw peernah bersabda dalam hadits yang diceritakan oleh sahabat anas:

عن أنس وابن السنى وابو نعيم عن علي وعن ابن سعيد وعن الزهري أَصْلُ كُلِّ دَاءٍ مُتَعَلِّقٍ بِالْمَعِدَّةِ التُّخْمَةُ وَهِيَ اِدْخَالُ الطَّعَامِ عَلَى الطَّعامِ وَكَذَا شُرْبُ الْمَاِء عَقْبَ الطَّعَامِ اوْ بَيْنَ الطَّعَامِ قَبْلَ هَضْمِ الأول

Bahwa sannya sumber segala penyakit yang berhubungan dengan perut adalah at-tuhmah, yaitu memasukkan makanan terus msnerus. Begitu juga menenggak minum setelah makan atau ditengan makan sebelum makanan pertana dicerna.

Baiknya juga diperhatikan bahwa memakan sesuatu dengan berlebihan itu menandakan nafsu yang besar. Sedangkan nafsu itu sendiri haruslah dikendalikan agar hidup bisa sejahtera.

Keempat, ( لَاتَجْمَعْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَايَنْفَعُكَ )  jangan mengumpulkan ilmu apapun yang tidak bermanfaat. Kalimat terkhir ini bila difahami dengan seksama maka akan berarti,’’ jangan sampai seseorang memiliki ilmu yang tidak bermanfaat’’. Jangan sampai ada ilmu yang tidak diamalkan. Karenya semua ilmu baiknya harus diamalkan. Walaupun ilmu itu hanya sedikit. Demikianlah hubungan ilmu dan manfaat, keduanya tidak bisa dipisahkan bila ingin kesempurnaan.

Seorang lelaki pernah berkata kepada Abu Hurairah “aku ingin mempelajari ilmu, tetapi aku takut menyia-nyiakannya” kemudian Abu Hurairah menjawab “cukuplah kamu meninggalkan ilmu itu termasuk menyia-nyiakan ilmu”.

Karena itulah seseorang harus berhati-hati memahami riya’, seringkali seseorang sengaja meninggalkan amal (ilmunya jadi tidak bermanfat) karena Syaithan membisiki dalam telinganya “Janganlah engkau beramal di depan orang lain, jika saja engkau melakukan sesuatu pastilah itu tidak karena Allah, karena itu berhentilah sekalian. Jangan lakukan sesuatu, itu lebih baik.”

Mengertilah bahwa beramal demi Allah dengan tulus ikhlas itu sungguh amat susahnya. Karena itu, tetaplah beramal walaupun amal itu masih bercampur riya. Anggap saja itu sebagai latihan. Dan jangan pernah menggugurkan amal karena riya karena itulah hakikat riya’ sejati.
Share this article

0 comments:

Posting Komentar

 
© 2014-2015 Remaja Masjid Asy-Syifa' • All Rights Reserved.
| website | by S Pelangi • About Us RMA Online
back to top